Selasa, 18 Maret 2014

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR LENGKAP



LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DASAR

 

DISUSUN OLEH :

 

 

 

 

 

HAMZAN WADI

 

   

 

 

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2012

 

 

ACARA III

ISOLASI DAN PEMBIAKAN MIKROBA

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

                 Mikroorganisme terdapat dimana-mana, jadi persiapan untuk biakan murni, tidak saja isolasi mikroorganisme tertentu dari populasi mikroba campuran di alam, tetapi juga pemeliharaan individu yang diisolasi itu dan keturunannya pada lingkungan buatan, dan di dalamnya dicegah pemasukan mikroorganisme lain. Mikrooganisme tidak memerlukan banyak ruangan untuk perkembanganny, sebab itu media buatan dapat dimasukkan ke dalam sebuah tabung percobaan, labu, atau cawan petri: ketiga jenis ini sangat umum digunakan untuk membiakkan mikroorganisme. Pada permulaannya bejana biakan harus dijadikan steril (bebas dari  setiap mikroorganisme yang hidup) dan, setelah dimasukkan jenis mikroorganisme yang diinginkan, bejana itu harus dilindungi terhadap kontaminasi yang berikut dari luar.

                 Biakan mikroorganisme yang murni yang membentuk koloni terpisah pada media padat dapat diperoleh dengan salah satu modifikasi metode semai. Metode ini mencakup pemisahan dan pelumpuhan organisme individu di dalam medium zat gizi yang dipadatkan dengan agar atau dengan bahan mengeras lain yang cocok. Setiap organisme yang tumbuh menjadi koloni dan dari sini pemindahan dapat segera dilakukan.

 Tujuan Praktikum

·         Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan dari masing-masing mikroba yang diisolasi dan diinokulasi pada medium pertumbuhan yang digunakan.

·         Mahasiswa dapat mengetahui media apa saja yang biasa digunakan untuk isolasi dan pembiakan bakteri.

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

                 Mikroorganisme tidak memerlukan banyak ruangan untuk perkembangannya, sebab  itu, media buatan dapat dimasukkan ke dalam sebuah tabung percobaan, labu, atau cawan petri. Ketiga jenis ini sangat umum digunakan untuk membiakkan mikroorganisme. Pada permulaannya bejana biakan harus dijadikan steril (bebas dari setiap mikroorganisme yang hidup). Dan setelah dimasukkan jenis mikroorganisme yang diinginkan, bejana itu harus dilindungi terhadap kontaminasi yang berikut dari luar (Stanier, 1982).

                 Jika bakteri ditumbuhkan pada suatu medium kultur di laboratorium, sel  dapat berkelompok satu sama lainnya. Cocci misalnya, dapat bergandengan dalam bentuk rantai (streptococci) atau tersusun dalam suatu kelompok atau staphylococci (Gaman, 1992).

BAB III

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1  Materi Praktikum

A.    Alat praktikum

Adapun alat yang digunakan  dalam praktikum ini adalah :

     1. cawan petri

     2. ose

     3. lampu Bunsen

     4. inkubator

     5.kertas label

B.     Bahan praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1.      Medium MCA

2.      Bakteri E. coli

3.2  Metode Praktikum

            A.  Isolasi E. Coli (pada medium MCA cawan petri secara goresan)

1.      Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan

2.      Medium MCA dicairkan terlebih dahulu

3.      MCA cair dituang dalam cawan petri steril dan dibiarkan hingga memadat

4.      Biakan E. Coli diambil dengan ose bulat dan dipindahkan ke medium MCA dalam cawan petri dengan cara menggoreskan secara langsung, dan kuadran

5.      Ose dipijarkan kembali, dan cawan ditutup dengan baik

6.      Cawan petri dimasukkan dalam incubator dengan posisi terbaik pada suhu 34oC selama 2 x 24 jam

7.      Bersihakan dan kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Praktikum

Adapun Hasil Praktikum yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1.      Bentuk Bakteri,

Dilihat dari bagian atas cawan petri kemudian dicocokkan dengan gambar yang ada pada buku pedoman praktikum. Maka diperoleh hasil bentuk bulat dengan tepi berserabut.

2.      Warna Bakteri

Dilihat langsung terhadap koloni yang tumbuh pada cawan petri dan diperoeh hasil warna bakteri yaitu di tengah putih dan ditepinya ungu kemerahan.

3.      Margin Bakteri

Dilihat dari bagian samping cawan petri dan diperoleh hasil Margin bakteri yaitu Helus.

4.      Penonjolan

Pada pengamatan penonjolan, yang diamati hanya satu koloni dan diperoleh hasil yaitu Umbonet.

4.2  Pembahasan

Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai isolasi dan pembiakan mikroba dengan tujuan memindahkan mikroba untuk memperbanyak, selain ditumbuhkan juga perlu dilakukan isolasi.

 Isolasi Mikroba

Beratus-ratus spesies mikroba dapat menghuni berbagai macam bagian tubuh kita, misal: mulut, saluran pencernaan, kulit, dll. Sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Satu gram kotoran manusia/hewan dapat mengandung jutaan bakteri. Udara, air, tanah, juga dihuni oleh sekumpulan mikroorganisme.

Populasi mikroorganisme tersebut pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Amat jarang mikroorganisme tersebut dijumpai sebagai satu spesies tunggal. Di sisi lain, untuk mencirikan dan mengidentifikasikan suatu spesies mikroorganisme tertentu, yang pertama harus dilakukan adalah memisahkannya dari organisme lain, hingga diperoleh biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal.Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu: 1) isolasi pada agar cawan, 2) isolasi pada medium cair, dan 3) Isolasi sel tunggal. 

Isolasi pada agar cawan

Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawan tuang Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Setelah diperoleh biakan murni (koloni yang berasal dari sel tunggal), mikroorganisme tersebut siap dilakukan telaah dan identifikasi, dan kemudian ditumbuhkan sesuai tujuan. Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari. Bila bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera terjadi tetapi ada periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan. Kemudian akan memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan diperoleh kurva pertumbuhan. Pada kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase pertumbuhan yaitu :

a)      Fase lamban

Fase lamban merupakan periode awal dan merupakan fase penyesuaian diri (adaptasi), sehingga tidak ada pertambahan jumlah sel bahkan kadang-kadang jumlah sel menurun.

b)       Fase cepat

Fase cepat merupakan periode pembiakan yang cepat. Pada periode ini dapat teramati ciri-ciri sel yang aktif. Waktu generasi pada setiap bakteri dapat ditentukan pada fase cepat ini. Pada fase tersebut dapat terlihat beberapa sel mulai membelah, yang lainnya setengah membelah, dan yang lainnya lagi selesai membelah.

c)       Fase statis

Pada fase statis pembiakan mulai berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, maka secara keseluruhan jumlah sel tetap konstan. Hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya nutrien ataupun terbentuknya produk metabolisme yang cenderung menumpuk mungkin menjadi racun bagi bakteri yang bersangkutan.

d)     Fase kematian

Fase kematian merupakan fase dimana proses pembiakan telah berhenti. Sel-selnya sudah mati, yang kemudian akan diikuti dengan proses lisis. Apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, maka jumlah sel sebenarnya menurun.

 

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.       Ada beberapa cara untuk menggoreskan kultur pada agar cawan yaitu:

a)      Goresan langsung

b)      Goresan kuadran

c)      Goresan radian

2.      Koloni yang tumbuh pada agar cawan dapat dibedakan berdasarkan besarnya, warna penampakan apakah keruh atau bening, bentuk penyebarannya atau margin dan bentuk kemunculannya di atas agar dan bentuk permukaan.

       5.2  Saran

Untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik diharapkan kepada semua praktikan datang tepat waktu, mengikuti praktikum sesuai dengan arahan dari co. assisten dan tata tertib yang ada dan memperhatikan keselamatan kerja selama kegiatan praktikum berlangsung.

 

 

ACARA IV

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

                 Semua mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan tertentu untuk pertumbuhan  dan perbanyakannya. Terdapat variasi persyaratan pertumbuhan untuk spesies yang berbeda. Laju perbanyakan bakteri variasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, hamper semua bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit. Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba diantaranya adalah suhu, tekanan osmotik, sinar ultraviolet, dan pH.

                 Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan maksimal, suhu pertumbuhan minimal dan suhu pertumbuhan optimal, yaitu suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat. Suhu optimal biasanya lebih dekat ke suhu maksimal daripada suhu minimal. Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum antara 0-20oC disebut psikofil. Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum antara 20-50oC sedangkan Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum antara 50-100oC disebut thermofil.

                 Tersedianya oksigen juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri diklasifikasikan menjadi empat kelompok menurut keperluan oksigennya:

a.       Aerob obligat, hanya dapat tumbuh jika terdapat persediaan oksigen yang banyak.

b.      Aerob fakultatif, tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga dapat tumbuh secara anaerob

c.       Anaerob obligat, hanya dapat tumbuh jika tidak ada oksigen.

d.      Anaerob fakultatif, tumbuh sangat baik jika tidak ada oksigen, tetapi dapat tumbuh secara aerob.

 

 

1.2  Tujuan Praktikum

·         Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba.

·         Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi mikroorganisme berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya.

 

 

BAB II

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

                 Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya (Gaman, 1992).

a)      Psikrofil (organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu di bawah 200C, kisaran suhu optimalnya adalah 100C sampai 200C.

b)      Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 200C sampai 450C.

c)      Termofil (organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik pada suhu di atas 450C kisaran pertumbuhan optimalnya adalah 500C sampai 600C.

                 Umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak mempunyai pigmen fotosintesa. Sedang cahaya dengan gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai daya foto dinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energy radiasi diabsorbsi oleh sel mikroorganisme, akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian, perubahan genetik atapun dapat pula menghambat pertumbuhan (Suriawiria, 1993).

                 Radiasi mungkin didefinisi sebagai transmisi energy melalui ruangan. Semua bentuk radiasi dapat merusak mikroorganisme, yang menyebabkan kematian atau mutasi. Dua kelompok utama radiasi yang telah digunakan untuk mengendalikan mikroorganisme adalah radiasi pengionan (sinar-X, sinar Gamma dan sinar katode) dan sinar ultraviolet. Jika digunakan dengan intensitas yang cukup, cahaya ultraviolet efektif dalam mematikan bakteri, tetapi mempunyai keterbatasan utama, cahaya ultraviolet telah digunakan untuk mengurangi populasi mikroorganisme di udara dalam ruangan operasi, laboratorium bakteriologi, pabrik roti, rumah makan, dan tempat-tempat makanan lainnya (Volk, 1988).  

BAB III

 

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

 

 

3.1  Materi Praktikum

 

A.    Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :                    

1.      Tabung Reaksi

2.      Kertas label

3.      Kulkas

4.      Incubator

5.      Ose

6.      Alatradiasi UV

 

B.     Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :                                         

1.      NB (Nutrien Broth)

2.      Media NA ( Nutrient Agar)

3.      Bakteri E. Coli

 

      3.2  Metode Praktikum

            A.  Pengaruh Suhu

1.      Sediakan alat dan bahan praktikum

2.      Sediakan tiga tabung reaksi dan tempatkan pada rak tabung  reaksi.

3.      Masukkan 1 ml NB (Nutrien Broth) ke dalam ketiga tabung reaksi.

4.      Masukkan bakteri E. Coli ke dalam ketiga tabung reaksi kemudian celupkan sehingga sampai terjadi kekeruhan.

5.      Tutup ketiga tabung reaksi dengan kapas kemudian diberi label.

6.      Tabung no. 1 dimasukkan ke dalam suhu ruang dengan suhu 30oC

7.      Tabung no. 2 dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 34oC

8.      Tabung no. 3 dimasukkan ke dalam kulkas dengan suhu 0-20oC

9.      Ketiganya didiamkan selama 2 x 24 jam.

10.  Kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya.

B.     Pengaruh Sinar Ultraviolet

1.      Sediakan alat dan bahan praktikum

2.      Masukkan bakteri E. Coli pada cawan petri yang berisi media Na dengan goresan kuadran.

3.      masukkan media biakan kedalam alat radiasi Ultraviolet selama 10 menit dengan panjang gelombang 365 Nm.

4.      Masukkan ke dalam incubator dengan suhu 34oC dengan cara posisi cawan petri dibalik.

5.      Incubasi selama 2 x 24 jam.

6.      Kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya.

 

 

 

 

 

BAB IV

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

 

4.1  Hasil Praktikum

 

            Adapun hasil praktikum yang diperoleh adalah sebagai berikut:

 

1.      Hasil pengamatan pengaruh suhu

No

Perlakuan (Inkubasi)

Hasil

1

Inkubator

++

2

Suhu Ruang

+

3

Kulkas

-

           

2.      Hasil Pengamatan Pengaruh Radiasi Sinar UV

No

Perlakuan (waktu/panjang gelombang)

Hasil

1

Kontrol

+

2

10 menit/365 Nm

+

3

15 menit/365 Nm

+++

 

Keterangan :

-                     : Tidak Tumbuh

+               : Sedikit

++             : Sedang

+++           : Banyak

 

4.2  Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan bagaimana pengaruh lingkungan  terhadap pertumbuhan mikroba. Adapun hal-hal yang diamati yaitu pengaruh suhu dan pengaruh sinar ultraviolet. Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.

 

Di dalam mikrobiologi, media diartikan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Selain itu, media juda dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan biokimia, serta perhitungan jumlah mikoorganisme. Ada berbagai macam jenis media pertumbuhan mikroba. Berdasarkan sumbernya, media di bagi atas dua yaitu media sintetik dan media alami.

 

Dalam percobaan ini, medium yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba adalah Nutrien Broth dan media Na. Perbedaan pertumbuhan mikroba sangat ditentukan dengan perlakuan yang diberikan, baik itu perlakuan dari analis atau perlakuan fisiko kimia yang diberikan untuk mengamati kondisi optimum pertumbuhan mikroba.

 

Setiap spesies mikroba memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan sel atau semakin banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba akan semakin cepat pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor fisiko-kimia, seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor.

 

Percobaan ini bertujuan untuk mengamati tentang bagaimana pertumbuhan mikroba yang dibiakkan dalam media yang divariasikan suhu dan radiasi sinar UV. Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhan maka dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu : 1. Psikrofilik (0-20oC), 2. Mesofilik (20-50oC), 3. Termofilik (50-60oC). Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan kehidupan mikroorganisme, pengaruh suhu berhubungan dengan aktivitas enzim. Suhu rendah menyebabkan aktiivtas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi enzim. Sehingga enzim akan rusak dan tidak dapat bekerja untuk mensintesis zat-zat yang dibutuhkan mikroba. Dalam percobaan yang dilakukan variasi kondisi yang diberikan pada mikroba di waktu inkubasinya adalah pada suhu kamar 30oC. Dari hasil percobaan ini diketahui kondisi optimum mikroba sampel untuk tumbuh pada suhu 34oC, dimana pada suhu tersebut media tampak keruh, kekeruhan menandakan banyaknya mikroba yang tumbuh dalam media tersebut.

 

Di prosedur kedua ingin dilihat pengaruh pemaparan sinar UV terhadap pertumbuhan mikroba di media, variasi waktu pemaparan dilakukan selama 10 menit dan 15 menit. Pada dasarnya sinar UV memiliki panjang gelombang 365 Nm dan dapat membunuh mikroba dengan memaparkan radiasi yang diserap oleh asam nukleat, asam nukleat merupakan DNA bagi mikroba sehingga apabila DNA rusak maka mikroba tidak dapat melakukan pembelahan dan akhirnya mati. Hipotesis awal yang dapat diambil adalah pertumbuhan mikroba akan semakin menurun seiring dengan lamanya mikroba dipaparkan oleh sinar UV.

 

Hasil yang diperoleh pada percobaan menunjukkan ada perbedaan terhadap mikroba yang telah dipaparkan sinar UV dengan variasi waktu tersebut, bahkan mikroba dapat tumbuh dengan subur di dua media. Hal ini diakibatkan terjadinya kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur sehingga tidak diperoleh hasil sesuai teori.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

 

PENUTUP

 

5.1  Kesimpulan

 

Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.      Semua mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan tertentu untuk

Pertumbuhan dan perbanyakannya.

2.      Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan maksimal, suhu pertumbuhan minimal dan suhu pertumbuhan optimal, yaitu suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.

3.      Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya yaitu:

a)      Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum antara 0-20oC disebut psikofil.

b)      Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum antara 20-50oC

c)      Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum antara 50-100oC disebut thermofil.

4.      Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba diantaranya adalah suhu, tekanan osmotik, sinar ultraviolet, dan pH.

      

       5.2  Saran

Untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik diharapkan kepada semua praktikan dating tepat waktu, mengikuti praktikum sesuai dengan arahan dari co. assisten dan tata tertib yang ada dan memperhatikan keselamatan kerja selama kegiatan praktikum berlangsung.

 

ACARA V

 

ANALISIS KUANTITATIF

MIKROBA

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

 

                Tanah, air dan udara merupakan tempat atau sarang mikroba. Untuk mengetahui serta menghitung jumlah sel mikroba yang terkandung pada tempat-tempat tersebut tidaklah mudah. Terdapat tahapan serta teknik tertentu untuk dapat menghitung jumlah mikroba yang terkandung dalam suatu suspensi.

               

                Dalam praktikum kali ini, dilakukan metode perhitungan, namun sebelum melakukan perhitungan dilakukan pengenceran untuk memperkecil jumlah suspensi mikroba. Terdapat dua cara dalam memperkecil jumlah suspensi mikroba, yaitu metode hitungan cawan (Technique Plate Count/TPC) dan metode hitungan ”Most       Probable Number”/MPN.

               

                Pemahaman tentang satuan dalam menghitung sel mikroba khususnya bakteri adalah sangat penting. Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan digunakan satuan CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan dari Coloni Forming Unit’s yang artinya unit-unit/satuan pembentuk koloni. Yang dimaksud satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal.

 

1.2  Tujuan Praktikum

·         Mahasiswa dapat mengetahui jumlah mikroba dalam sampel dengan metode SPC (Standar Plate Count).

·         Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menghitung jumlah koloni bakteri.

 

BAB II

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

                 Di dalam suatu populasi bakteri tidak semua sel mampu hidup terus, yang di anggap sebagai sel hidup adalah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup (Schlegel, 1994).

                

                 Perhitungan kelompok bakteri Coli mempergunakan JPT (jumlah perkiraan terdekat) MPN (Most Probable Number), dengan jumlah 3-3-3 atau 5-5-5 tanpa memperhatikan apakah jenis-jenis di dalam kelompok tersebut termasuk Coli fekal/FCB (Fecal Coliform Bacterial) ataupun non-FCB. Perbedaan kedua kelompok tersebut dilakukan berdasarkan temperature inkubasi, yaitu untuk FCB (42 ± 1oC) dan untuk non-FCB (37 ± 1oC) (Suriawiria, 1992).

                

 

BAB III

 

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

 

3.1  Materi Praktikum

A.  Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1.      Tabung Reaksi

2.      Pipet

3.      Cawan petri

4.      Kertas label

5.      Incubator

6.      Kapas

     B.  Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1.      NACL

2.      Media NA

3.      Sampel (kuning telur yang sudah di pasteurisasi dengan suhu 37O C selama 5 menit)

 

 

3.2  Metode Praktikum

 

A.    Cara pengenceran

1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.      Siapkan 5 tabung reaksi

3.      Tabung no.1 berisi kuning telur yang sudah di pasteurisasi dengan suhu 37oC selam 5 menit

4.      Tabung no.2,3,4 dan 5 dimasukan NaCl fisiologis sebanyak 9 ml

5.      Dari tabung no. 1 yang berisi kuning telur diambil 1 ml dengan pipet kemudian masukkan pada tabung no. 2 dan dicampur sampai homogen.

6.      Dari tabung no. 2 diambil 1 ml kemudian masukkan pada tabung no. 3 dan dicampur sampai homogen.

7.      Begitu seterusnya dilakukan perlakuan yang sama terhadap tabung no. 3,4 dan 5.

8.      Tentukan dua dari empat tabung yang akan digunakan

9.      Siapkan Petridis kemudian ambil 1 ml dari ke 2 tabung tersebut dan tuangkan ke dalam Petridis.

10.  Campurkan media Na (Nutrian Agar) dengan suhu 45oC  kemudian tuangkan ke dalam Petridis

11.  Letakkan Petridis pada bidang datar dan goyangkan perlahan-lahan sampai membeku

12.  Beri label kemudian simpan pada incubator selama 2 x 24 jam dengan posisi terbalik

13.  Bersihkan dan kembalikan alat dan bahan pada tempatnya.

 

B.     Cara menghitung jumlah koloni

1.      Setelah incubasi selama 2 x 24 jam kemudian kita menghitung jumlah koloni dengan bantuan alat coloni counter

2.      Pada saat menghitung jumlah koloni posisi Petridis dalam keadaan terbalik

3.      Tekan pada bagian dimana tumbuhnya koloni dengan menggunakan alat pada coloni counter

4.      Jika koloni berdempetan tetap dihitung satu koloni

 

BAB IV

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

 

4.1  Hasil Praktikum

                 Adapun Hasil Praktikum yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1.      Hasil penghitungan jumlah bakteri

No

Sampel

Pengenceran

Jumlah Koloni

1

Kuning telur Fasteorisasi 37oC selama 5 menit

10-1

205

2

Kuning telur Fasteorisasi 37oC selama 5 menit

10-2

257

3

Kuning telur Fasteorisasi 37oC selama 5 menit

10-3

275

 

2.      Cara Penghitungan :

Rumus: ∑ per ml = ∑ koloni x 1/FP (Faktor Pengencer)

 

1.      Diketehui :

Jumlah koloni : 205

Faktor Pengencer : 10-1

Jawab :

Rumus: ∑ per ml = ∑ koloni x 1/FP (Faktor Pengencer)

∑ per ml = 205 x 1/10-1

                = 205 x 101 CFU/ml

                = 20,5 dibulatkan menjadi 21 x 102 CFU/ml

2.      Diketehui :

Jumlah koloni : 257

Faktor Pengencer : 10-2

Jawab :

Rumus: ∑ per ml = ∑ koloni x 1/FP (Faktor Pengencer)

∑ per ml = 257 x 1/10-2

                = 257 x 102 CFU/ml

                = 257 dibulatkan menjadi 257 x 102 CFU/ml

 

3.      Diketehui :

Jumlah koloni      : 275

Faktor Pengencer : 10-3

Jawab :

Rumus: ∑ per ml = ∑ koloni x 1/FP (Faktor Pengencer)

 ∑ per ml = 275 x 1/10-3

                = 275 x 103 CFU/ml

                = 275 x 103 CFU/m

4.2  Pembahasan

 

                 Dalam praktikum ini dilakukan percobaan Analisis Kuantitatif Mikroba, dengan sampel kuning telur yang dipasteurisasi pada suhu 37oC selama 5 menit. Sebelum melakukan perhitungan dilakukan pengenceran untuk memperkecil jumlah suspensi mikroba. Terdapat dua cara dalam memperkecil jumlah suspensi mikroba, yaitu metode hitungan cawan (Technique Plate Count/TPC) dan metode hitungan ”Most Probable Number”/MPN.

                

                 Di dalam suatu populasi bakteri tidak semua sel mampu hidup terus, yang di anggap sebagai sel hidup adalah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup

Banyak tersedia metode untuk menganalisa jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel, diantaranya adalah plate count (spread plate, pour plate, spiral plate), MPN, menghitung langsung dengan Petroff Hausser ataupun cara lainnya (misalnya aktivitas metabolik, turbidimetri, berat kering dll.). Namun dalam percobaan ini lebih ditekankan pada metode yang memerlukan penghitungan koloni pada cawan petri, seperti membrane filtration, spread plate, pour plate.

 

                 Pemahaman tentang satuan dalam menghitung sel mikroba khususnya bakteri adalah sangat penting. Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan digunakan satuan CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan dari Coloni Forming Unit’s yang artinya unit-unit / satuan pembentuk koloni, yang dimaksud satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal.

 

                 Pada dasarnya sel tersebar homogen pada sampel, tetapi ada jenis bakteri yang memang pembelahan selnya dapat terpisah baik sehingga tersebar merata tiap sel dan ada pula bakteri yang setelah membelah sel anakan masih menempel pada induknya, seperti halnya yang terjadi pada streptococcus, diplococcus, sarcina dll. sehingga penyebarannya berkelompok-kelompok. Pada jenis yang seperti ini jika tersebar merata dalam kelompok-kelompok sel maka pertumbuhan menjadi koloni tunggal bukan berasal dari satu sel saja melainkan dari beberapa sel.

 

 

BAB V

 

PENUTUP

 

5.1  Kesimpulan

 

Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.      Di dalam suatu populasi bakteri tidak semua sel mampu hidup terus, yang di anggap sebagai sel hidup adalah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup.

2.      Berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup, Metode Penghitungan tersebut adalah :

a)      Metode hitung bakteri

b)      Metode total bakteri hidup dan mati

c)      Metode “pour plate”

d)     Metode “spread plate”

e)      Metode “Most Probable Plate”

3.      Jumlah koloni bakteri yang hidup juga dipengaruhi oleh pengencernya.

 

 

5.2  Saran

 

Untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik diharapkan kepada semua praktikan datang tepat waktu, mengikuti praktikum sesuai dengan arahan dari co. assisten dan tata tertib yang ada dan memperhatikan keselamatan kerja selama kegiatan praktikum berlangsung.

 

ACARA VI

 

PENGECATAN GRAM

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

                

                 Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram, pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan       pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.     Bakteri yang dapat mengikat cat, menjadi berwarana violet jika dilihat dengan mikroskop, adalah bakteri gram positif. Bakteri yang lain yang tidak dapat mengikat cat adalah bakteri gram negatif dan nampak berwarna merah muda.

                

                 Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur.

           

1.2  Tujuan Praktikum

·         Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami morfologi bakteri dengan cara melakukan pengecatan.

·         Mahasiswa dapat mengetahui cat yang umum dipakai dalam pengecatan bakteri yaitu pengecatan Gram.

·         Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

                 Berdasarkan tehnik pengecatan gram, dibagi menjadi bakteri gram positif (dinding sel peptidoglikan tebal) dan gram negatif ( dinding sel peptidoglikan tipis dan tertutup oleh sebuah lapisan lipopolisakarida). Christian gram, bakteriolog Denmark, pada tahun 1843 mengelompokkan bakteri menjadi dua golongan berdasarkan reaksi pengecatan. Kedua golongan tersebut, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang tidak dapat dihilangkan warnanya dengan etil alkohol 95% setelah pengecatan dengan violet dan iodine menghasilkan warna ungu. Bakteri gram negatif adalah bakteri yang warnanya mudah dihilangkan dengan cara sama sehingga sulit dilihat oleh mikroskop, oleh karena itu perlu pengecatan counterstain untuk memunculkan warna merah sehingga dapat dilihat oleh mikroskop (Sudjino, 2007).

                

                 Sel bakteri secara keseluruhan atau bagian dari sel memungkinkan untuk di cat dengan berbagai cat atau warna. Kemampuannya untuk mengikat cat tergantung atas spesies bakteri. Cat yang umum dipakai adalah cat Gram. Bakteri yang dapat mengikat cat, menjadi warna violet jika dilihat dengan mikroskop adalah bakteri Gram positif, bakteri yang lain yang tidak dapat mengikat cat adalah bakteri Gram negatif dan Nampak berwarana merah muda (Gaman, 1992).

 

                

BAB III

 

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

 

3.1  Materi Praktikum

A.  Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1.      Tabung Reaksi

2.      Pipet

3.      Cawan petri

4.      Kertas label

5.      Incubator

6.      Kapas

7.      Slide Glass

8.      Ose

9.      Lampu Bunsent

10.  Mikroskop Cahaya

11.  Jembatan Pengecatan

     B.  Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1.      NACL

2.      Media NA

3.      Sampel (Kuning telur yang sudah di pasteurisasi dengan suhu 37O C selama 5 menit)

4.      Crystal Violet (Cat Dasar)

5.      Cairan Lugol (Cat Penguat)

6.      Etanol 96%

7.      Vuchen

 

3.2  Metode Praktikum

 

1.      Siapkan alat dan bahan

2.      Ambil satu tetes NaCl fisiologis dengan memakai pipet kemudian teteskan pada slide.

3.      Ambil biakan bakteri atau mikroba (satu mata ose) kemudian campur dengan merata dengan NaCl, kemudian setelah tercampur lakukan fiksasi (pemijaran) di atas api, panaskan sampai mengering agar mikroba mati.

4.      Setelah itu lakukan pengecatan dengan:

a.       Gentian violet atau Kristal violet yang berguna sebagai cat dasar

Caranya:

ü  preparat yang sudah kering letakkan pada jembatan pengecatan, dan teteskan 1 tetes kemudian ratakan dan diamkan selama satu menit

ü  lakukan pencucian dengan air mengalir dan tiriskan

b.      pengecatan dengan lugol sebagai cat penguat dengan cara yang sama seperti pada pengecatan pertama.

c.       Pengecatan dengan Etanol 96 % sebagai  cat peluntur dengan cara yang sama seperti pada pengecatan sebelumnya dengan waktu 15 detik

d.      Pengecatan dengan vuchin dengan cara sama seperti pengecatan sebelumnya dengan waktu 90 detik atau 2 menit

5.      Lakukan pengeringan dengan diangin-anginkan sampai kering

6.      Lakukan pemeriksaan warna morfologi morfologi di bawah mikroskop cahaya dengan  pembesaran 100x oil emertion sebanyak satu tetes untuk memperjelas objek.

7.      Bersihkan dan kembalikan alat dan bahan pada tempatnya.

 

 

BAB IV

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1  Hasil Praktikum

Hasil pengamatan dengan mikroskop (pembesaran 100 x dan ditambahkan oil imersil sebanyak satu tetes).

 

4.2  Pembahasan

                 Dalam praktikum ini dilakukan percobaan mengenai Pengecatan Gram. Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram, pada tahun 1884. Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal.

 

                 Dalam pewarnaan mikroba, dapat digunakan satu jenis zat pewarna, cara ini disebut pewarna sederhana. Zat-zat warna yang biasa digunakan untuk pewarna sederhana misalnya biru methilen. Pewarna bakteri dapat dibedakan atas beberapa golongan yaitu : pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial, pewarnaan structural, dan pewarnaan untuk menguji adanya komponen tertentu di dalam sel.

                 Dalam praktikum ini dilakukan empat kali pengecatan yaitu: cristal violet yang berfungsi sebagai cat dasar, setelah itu pengecatan dilakukan dengan cairan lugol yang berfungsi sebagai cat penguat kemudian dengan etanol 96% sebagai cat peluntur dan pengecatan dengan vuchin yang berfungsi sebagai cat penutup.

                 Sel bakteri secara keseluruhan atau bagian dari sel memungkinkan untuk di cat dengan berbagai cat atau warna. Kemampuannya untuk mengikat cat tergantung atas spesies bakteri. Cat yang umum dipakai adalah cat Gram. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.

 

                 Setelah melakukan praktikum dan diamati dengan mikroskop dengan pembesaran 100 x dan ditambahkan oil imertion sebanyak satu tetes untuk memperjelas objek pada mikroskop sehingga dihasilkan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri yang dapat mengikat cat menjadi berwarana violet jika dilihat dengan mikroskop, adalah bakteri gram positif. Bakteri yang lain yang tidak dapat mengikat cat adalah bakteri gram negatif dan nampak berwarna merah muda

 

 

BAB V

 

PENUTUP

 

 

5.1  Kesimpulan

 

Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.      Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap pengecatannya.

2.      Bakteri yang dapat mengikat cat, menjadi warna violet jika dilihat dengan mikroskop adalah bakteri Gram positif dan bakteri yang lain yang tidak dapat mengikat cat adalah bakteri Gram negatif dan nampak berwarana merah muda.

 

 

5.2  Saran

 

Untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik diharapkan kepada semua praktikan datang tepat waktu, mengikuti praktikum sesuai dengan arahan dari co. assisten dan tata tertib yang ada dan memperhatikan keselamatan kerja selama kegiatan praktikum berlangsung.