Senin, 07 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM TERNAK POTONG DAN KERJA LENGKAP FATERNA UNRAM




PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Sapi potong merupakan salah satu sumber daya  penghasilan bahan makanan berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting  dalam  kehidupan  masyarakat.Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, berupa daging,dan susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak, antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau,Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk diambil tenaganya.
          Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi intensif,danintensif,Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari
        Iklim di indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-100 persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.
B.     Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan Praktikum
·         ACARA I MENENTUKAN UMUR TERNAK SAPI POTONG
1.      Mempelajari cara menimbang ternak sapi dan mengetahui bobot badan ternak sapi potong dengan cara mengukur bagian-bagian tubuh sapi.
·         ACARA II STATUS FAALI TERNAK SAPI POTONG
1.      Untuk mengetahui perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak berdasarkan keadaan gigi.
2.      Mempelajari bagai mana cara menghitung respirasi ternak potong
3.      Mempelajari tentang bagai mana cara mengukur suhu tubuh ternak potong..
4.      Untuk mengetahui cara menghitung  denyut nadi ternak. .
5.      Mempelajari cara membaca temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong.

·         ACARA III MENGAMATI KONDISI EKSTERIOR TERNAK SAPI POTONG

1.      Mempelajari kondisi eksterior tubuh ternak sapi potong.
Kegunaan Praktikum
·         ACARA I MENENTUKAN UMUR TERNAK SAPI POTONG
1.      praktikan  dapat mengetahui cara menimbang sapi dan mengetahui bobot badan dengan melihat ukuran bagian-bagian tubuh ternak sapi potong.

·         ACARA II STATUS FAALI TERNAK SAPI POTONG

1.      Agar praktikan mengetahui perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak berdasarkan jumlah gigi yang di miliki oleh ternak tersebut.
2.      Agar praktikan mengetahui suhu tubuh ternak pada jenis kelamin, umur, dan suhu lingkungan berbeda, serta melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran.
3.      Agar praktikan mengetahui cara mengukur respirasi pada ternak  terse.
4.      Agar praktikan mengetahui kondisi temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong Agar praktikan mengetahui denyut nadi pada ternak
5.      Agar praktikan mengetahui kondisi temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong.

·         ACARA III MENGAMATI KONDISI EKSTERIOR TERNAK SAPI POTONG
1.      Agar praktikan mengetahui  kondisi eksterior ternak sapi potong.















TINJAUAN PUSTAKA
Ternak menghasilkan sejumlah panas metabolisme tergantung dari tipe ternak yaitu bobot badan, jumlah makanan yang dikonsumsi dan kondisi lingkungan mikro. Panas yang dihasilkan dalam kandang harus diprediksi untuk mendisain sistem kontrol lingkungan. Panas yang dihasilkan dan kemudian dilepas oleh tubuh hewan terdiri atas panas sensibel (sensible heat) dan panas laten (latent heat). Panas sensibel dan panas laten yang dihasilkan oleh hewan dalam kandang merupakan komponen kritis keseimbangan panas untuk kondisi setimbang dalam struktur kandang (Esmay, 1960).
Sapi Bali merupakan sapi keturunan Bos sondaicus (Bos Banteng) yang berhasil dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali termasuk  sapi      dwiguna          (kerja   dan      potong). Sapi bali terkenal karena keunikan dan keunggulannya  di banding sapi jenis lain.
Sapi Bali mempunyai sapi yang memiliki banyak sifat unggul diantaranya reproduksi sangat baik, cepat beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungannya, tahan terhadap penyakit, dapat hidup di lahan kritis, memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan dan persentase karkas yang tinggi. Tidak heran bila Sapi Bali merupakan jenis sapi terbaik diantara sapi-sapi yang ada di dunia. (http://sapi-bali.com/)
Suhu tubuh sapi dipengaruhi oleh jenis, bangsa, umur, jenis kelamin, kondisi dan aktivitasnya.  Kisaran tubuh normal pada sapi adalah 38,5-39,6 0C dengan suhu kritis 40 0C (Subronto, 1985).
Suhu lingkungan yang berubah-ubah menyebabkan ternak selalu berusaha untuk menjaga suhu tubuhnya agar tetap, karena sapi adalah hewan homeothermis. Kisaran suhu tubuh normal anak sapi 39,5-40ºC, sedangkan untuk sapi dewasa 38-39,5ºC (Sugeng, 2000).
Rata-rata frekuensi pernafasan sapi adalah 10-30 kali per menit. Pernafasan akan lebih cepat pada sapi yang ketakutan, lelah akibat bekerja berat dan kondisi udara terlalu panas (Sugeng, 2000).
Hewan yang sakit atau stress akan meningkat denyut jantungnya untuk waktu tertentu. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan ternak, semakin cepat denyut nadinya. Hewan yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil, denyut nadinya lebih besar daripada hewan yang mempunyai ukuran tubuh besar (Frandson, 1992).
Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan kimis dalam tubuh organisme dalam lingkungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung antara lain dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. SKelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.
Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat(Housebanri ,2009).
             Mengukur panjang badan dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur bagian permanen dibagian depan tulang persendian pada kaki depan dan cara membacanya harus lurus, sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo, 1977).
Lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana semakin panjang lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut dan sebaliknya semakin pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan atau ternak tersebut kurang sehat/ kurus (Roche, 1975).
Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan, dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup, berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan 2003).
Sudut mata terlihat bersih tanpa adanya kotoran atau getah radang dan tidak terlihat perubahan warna di selaput lendir dan kornea matanya. Ekornya selalu aktif mengibas untuk mengusir lalat.  Pernafasan denyut jantung dan ruminansi normal dan dapat dirasakan (Akoso, 1996).











MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
Materi Praktikum
Alat-alat praktikum
            Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.      stetoskop
2.      termometer
3.      taimbangan kapasitas 1000 kg
4.      stop wact
5.      pita ukur
6.      tongkat ukur
7.      Thermo Hygrometer
8.      Temperatur ruang
9.      Tabel Pencatatan Data
Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.      Sapi Jantan Umur 1  - 2 tahun
2.      vaselin
3.      alcohol

Metode Praktikum
Adapun metode-metode yang dilakukan sebelum melakukan praktikum yaitu:
1.      Membersihkan kandang
2.      Memandikan ternak

ACARA I MENENTUKAN UMUR TERNAK SAPI POTONG
1.      Mempelajari bagai cara menimbang ternak dan mengetahui berat badsan dari ternak tersebut
2.      Menyiapkan ternak yang akan ditimbang dan diukur, ushakan tidak dalam keadaan setres.
3.      Memasukkan ternak sapi pada penimbangan ternak besar kapasitas 1000kg.
4.      Mengukur tubuh ternak dengan menggunakan tongkat ukur dan pita ukur
5.      Pengukuran di ulangi 3 kali untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan menghitung rata-rata ketiga pengukuran tersebut.
6.      Mencatat hasil penimbangan dan pengukuran pada table data.

ACARA II STATUS FAALI TERNAK SAPI POTONG
a.              Mempelajari perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak berdasarkan jumlah gigi.
1.      Sapi dimasukkan dikandang jepit, diusahakan agar keadaan tenang dan tidak menjadi gelisah sehingga mempermudah pemeriksaan.
2.        Kuasailah bagian kepala sapi dengan melingkarkan sebelah lengan tangan pada muka sapi, sekaligus cengkramlah kedua rahang bawah sapi sampai mulut sapi ternganga sehingga giginya tampak. Agar gigi sapi lebih jelas terlihat, bukalah bibir bawahnya.
3.      Periksa dan rabalah permukaan gigi serinya hingga jelas terlihat dan terasa keadaanya.
4.      Mempelajari suhu tubuh ternak sapi potong pada jenis kelamin, umur, dan suhu lingkungan berbeda.

b.             Penentuan suhu tubuh
1.      Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam keadaan tenang agar mendapatkan hasil pengukuran yang optimal.
2.      Menyiapkan thermometer dengan cara dikibas-kibas untuk menurunkan permukaan air raksanya sampai angka terendah, kemudian ujung thermometer dicelupkan kedalam pelicin (vaselin).
3.      Memegang ternak dengan hati-hati dan tenang, kemudian angkat ke atas ekornya hingga kelihatan rektumnya.
4.      Memasukan thermometer pada rectum  ternak selama 2-3 menit
5.      Memperhatikan  letak ujung thermometer masuk ke dalam mukosa rectum
6.      Membaca suhu yang ditunjukan thermometer dengan melihat posisi permukaan air raksanya.
7.      Ulangi sebanyak 3 kali
8.      Mencatat data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut didalam table lembar pencatatan data.
9.      Pengukuran suhu rektal di lakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

c.              Mempelajari fungsi respirasi pada ternak sapi potong, serta melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran frekwensi respirasi.

1.      Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam hal jenis/bangsa, jenis kelamin, umur, berat badan dan kondisi tubuh.
2.      Mengendalikan hewan agar tetap tenang
3.      Meletakkan punggung telapak tangan di depan hidung sapi
4.      Merasakan tiap hembusan napasnya
5.      Hitung pernapasan/ tiap hembusan napas selama 2-3 menit
6.      Ulangi 3 kali, untuk mendapatkan hasil yang optimum
7.      Catat hasil pengukuran pada lembar table
8.      Pengukuran dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

d.             Mempelajari denyut nadi pada ternak sapi potong. serta melatih keterampilan dalam melakukan penghitungan denyut nadi pada ternak sapi potong.
1.      Mencari pusat denyut jantung pada ternak ( sapi ) yaitu dilakukan dengan menekan pada arteri femoralis sebelah medial bahu kiri
2.      Hitung dengan countercheck dan mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop
3.      Ulangi 3 kali
4.      Mencatat data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut di dalam  table lembar pencatatan data.
5.      Pengukuran dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
e.              Mempelajari temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong.
1.      Mengamati Termometer Ruang
2.      Mengamati Higrometer atau Termometer  “basah kering”
3.      Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
4.      Melakukan hal tersebut 2 kali yaitu pagi dan sore.
ACARA III MENGAMATI KONDISI EKSTERIOR TERNAK SAPI POTONG
1.      Mempelajari kondisi eksterior tubuh ternak sapi potong.







TEMPAT DAN TANGGAL PRAKTIKUM
Tempat Praktikum :
Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboraturium Terapan ( Teacing Farm ) Fakultas Peternakan,kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Tanggal Praktikum
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 30 November 2011

                                                                




















HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PRAKTIKUM

A. IDENTITAS TERNAK
a. No. Ternak                                      : 1
b. Jenis Kelamin                                  : ♂ (Jantan)
c. Umur Ternak                                   : 1,5 - 2 tahun
B. HASIL PENGAMATAN
ACARA I
a. Bobot Badan                                   : 176,3 kg
b. Ukuran-ukuran tubuh ternak           :

No
Bagian Tubuh
Ukuran I (cm)
Ukuran II (cm)
Ukuran III (cm)
Rata-rata (cm)
1
Panjang Badan
111
113
112,4
112,13
2
Panjang Kepala
35
35
35
35
3
Panjang Metakarpal
27
27
27
27
4
Panjang Metakarsal
33
33
33
33
5
Panjang Paha
76
75
76
75,6
6
Lebar Kepala
16,5
16,5
16,5
16,5
7
Lebar Dada
32
31,5
31,5
31,6
8
Lebar Pinggul
36
36
36
36
9
Tinggi Gumba
107
104,5
105
105,5
10
Tinggi Punggung
104
103,4
103,5
103,63
11
Tinggi Pinggul
107,4
106,9
106
106,77
12
Lingkar Dada
140
140
140
140
13
Lingkar Perut
162
161,5
162
161,83
14
Lingkar Flank
134,5
134
134
134,16
15
Lingkar Metakarpal
14,3
14,5
14
14,26
16
Lingkar Metakarsal
16,5
16,2
16,5
16,4
17
Dalam Dada
62,3
62,3
62,3
62,3
18
Indeks Kepala
0,47
0,47
0,47
0,47

ACARA II
a. JUMLAH GIGI SAPI                           : 2 (dua) gigi lebar
b. JUMLAH LINGKAR TANDUK         : 1 lingkaran
c. DATA STATUS FAALI TERNAK

No
Parameter
Ukuran I
Ukuran II
Ukuran III
Rata-rata
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
1
Suhu Tubuh Ternak (C)
38
37,5
38,1
37,6
38,2
37,4
38,1
37,5
2
Respirasi (kali/menit)
25,5
24
20
28
22
26
22,5
26
3
Denyut Nadi \
49
51
46
49
47
54
47,33
51,3

d. DATA LINGKUNGAN
No.
Parameter
Pagi (jam 06.00-0700)
Sore (jam 15.00-16.00)
1
Temperatul Kandang (C)
28ºC
29ºC
2
Kelembaban Kandang(%)
70%
80%

ACARA III PENGAMATAN EKSTERIOR
1.      Kepala
·         Agak panjang
·         Moncong panjang dan lebar (agak mancung)
·         Telinga lebar dan besar
·         Tanduk besar dan pendek
·         Mata bersinar
·         Mulut dan hidung bersih
2.      Badan
·         Tubuh besar
·         Gemuk
·         Panjang
·         Diameter tubuh dan perut besar
3.      Kaki
·         Kuku agak kotor
·         Bagian tulang metatarsal dan metakarpal bersih
·         Paha besar
4.      Keaktifan
·         Lincah
·         Konsumsi pakan aktif
5.      Jumlah gigi
·         Terdapat 2 gigi lebar sehingga dapat di simpulkan umur sapi sekitar 1  sampai 2 tahun.

PEMBAHASAN

ACARA I MENENTUKAN UMUR TERNAK SAPI POTONG
1.      Mempelajari cara menimbang berat sapi dan mengetahui bobot badan dengan cara mengukur tubuh sapi.
                 Mengetahui bobot badan ternak sapi potong adalah hal yang sagat penting untuk diketahui guna melihat kebutuhan pakan ataupun kesehatan ternak. Penimbangan merupakan hal yang paling tepat dalam mengetahui bobot badan ternak, tetapi bobot badan ternak juga dapat diperkirakan atau diduga dengan cara mengukur bagian-bagian tubuh ternak atau disebut dengan cara manual. Bagian-bagian ukuran tubuh ternak yang dapat digunakan dalam menduga bobot badan yaitu lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dalam dada serta tinggi dan lebar kemudi atau pinggul.

Pendugaan bobot tubuh ternak dengan menggunakan rumus :


Rumus schrooel:   BB =  
=
=

=    = 269,83 kg

Rumus winter :                 BB =

=

=

=

=   = 125,31 kg

Rumus williamson dan payne
                            
: BB =

 =

 =

 =  = 446,99 Lbs = 202,81 kg


Rumus jagra (1987) : BB =

=

=

 =  = 198,98 Kg




ACARA II STATUS FAALI TERNAK SAPI POTONG
1.       Gigi dan cara penentuan umur ternak berdasarkan jumlah gigi.
Ternak Sapi potong yaitu ternak ruminansia dengan  tujuan pemeliharaannya untuk menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja adalah ternak yang tujuan utamanya untuk di manfaatkan  tenaganya.salah satu contohnya,kusir cidomo.
              Sapi potong dan kerja dapat kita ketahui dan menentukan umurnya dengan cara melihat catatan kronologinya,lingakaran yang ada pada tanduk atau cincin tanduk dapat pula dilihat dengan cara menghitung jumlah perubahan gigi. Jika jumlah cincin tanduknya 2 dapat di perkirakan bahwa  sapi tersebut berumur 3 tahun. Sedangkan jika terdapat 2 gigi lebar (I I) berarti dapat diperkirakan berumur  2 tahun, jika 4 gigi lebar ( I 2) dapat diperkirakan berumur 2 – 2 1/2 , jika terdapat ada 6 gigi lebar (I 3) berarti diperkirakan umur 2½ - 3 ½ tahun, jika 8 gigi lebar (I 4) berarti diperkirakan berumur 31/2 – 41/2 tahun, I 0: Sapi Umur 1-11/2 tahun, dan gigi tua : Sapi umur > 9 tahun, jadi dengan mengetahui keterangan tersebut kita dapat memperkirakan umur suatu ternak sapi, begitu pula dengan ternak potong dan kerja lainnya.
2.      Menghitung suhu tubuh ternak sapi potong pada jenis kelamin, umur, dan suhu lingkungan berbeda.
            Ternak Sapi potong adalah ternak ruminansia yang tujuan pemeliharaannya untuk menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja adalah ternak yang tujuan utamanya untuk di manfaatkan tenaganya.
            Pada umumnya Suhu tubuh pada ternak sapi potong tergantungn pada jenis kelamin, umur dan suhu lingkungan. Dalam keadaan normal suhu tubuh ternak dapat bervariasi karena adanya perbedaan jenis kelamin,umur,suhu lingkungan, aktivitas, aktivitasyang di lakukan oleh sapi tersebut. Suhu normal adalah panas tubuh dalam zone thermoneutral pada aktivitas tubuh terendah. Variasi normal suhu tubuh akan berkurang bila mekanisme thermoregulasi telah bekerja sempurna dan hewan telah dewasa. Sehingga ketika dilihat suhu rektal sapi potong jantan dipagi hari dan sore hari berbeda, dapat dikatakan pula bahwa hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu aktivitas, iklim, suhu kandang yang yang berubah.
Salah satu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai suhu tubuh adalah dengan melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat pengukuran terbaik dan dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat disebut sebagai suhu tubuh.
3.      Mempelajari fungsi respirasi pada ternak sapi potong.
Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan kimiawi dalam tubuh organisme pada lingsskungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari besar badan, aktifitas tubuh,umur dan penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dalam tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.
            Pada saat penghitungan respirasi sapi potong diwaktu pagi dan sore berbeda, dimana respirasi di pagi hari lebih rendah dibandingkan sore hari, hal itu dikarenakan pula adanya beberapa faktor yang sama halnya dengan suhu tubuh, dan denyut nadi pada ternak potong sapi, misalnya kelelahan, aktivitas dan isi rumen ternak sapi potong saat itu.
4.      Menghitung denyut jantung pada ternak sapi potong.
            Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga dada. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuensi dari pada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran darah dengan jalan peningkatan denyut nadi..
            Frekuensi denyut sapi pada pagi dan sore hari berbeda dikarenakan pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhi suhu dan respirasi pada ternak potong.Setres juga dapat di jadikan sebagai salah satu faktor yang dapat  mempengaruhi berubahnya denyut nadi ternak
5.      Mengukur temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong.
            Suhu dan kelembaban udara merupakan dua komponen iklim yang paling penting yang harus diperhatikan,karena keduanya sangat mempengaruhi kondisi fisiologi ternak. Suhu lingkungan terutama kandang sangat mempengaruhi respirasi, denyut nadi, dan suhu rektal pada ternak. Suhu lingkungan terutama suhu kandang  yang tunggi dapat menurunkan nafsu makan dan menambah kebutuhan air.Bila hal ini akan terus terjadi akan menghambat laju pertumbuhan dan menurunkan reproduksi ternak. Suhu dalam kandang yang baik yaitu rat-rata 33ºC dengan kelembaban 75%.
            Pada pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan temperatur kandang dan kelembaban kandang pada pagi hari berbeda dengan sore hari, dimana temperatur dan kelembaban pada pagi hari lebih tinggi dari pada sore hari, hal tersebut dikarenakan oleh faktor iklim. Namun dapat dikatakan temperatur dan kelembaban kandang tersebut cukup baik atau normal.
ACARA III MENGAMATI KONDISI EKSTERIOR TERNAK SAPI POTONG
1.      Mempelajari kondisi eksterior tubuh ternak sapi potong.
Sapi adalah ternak ruminansia yang dapat ditemui di seluruh belahan dunia. Sapi bali merupakan domestikal dari banteng(Bibos sondaicus). Pada saat pedet, tubuhnya berwarna merah bata. Sementara ketika dewasa, sapi betina tetap berwarna merah bata, sedangkan sapi jantan berubah menjadi kehitam-hitaman. Terdapat warna putih pada keempat kakinya, mulai dari mulut sampai kebawah, belakng pelvis dengan batas yang tampak jelas dan bentuk setengah bulan, dan garis belut pada punggung ( aals streep ).
Pada pengamatan yang telah praktikan lakukan didapatkan sapi bali yang memilki warna bulu merah bata dan jenis sapi tersebut yaitu jantan.
Mata bersinar, hidung yang bersih dan lain sebagainya adalah hal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui keadaan sapi pada suhu lingkungan atau suhu kandang tertentu.
















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Dari hasil praktikum diatas dapat disimpilkan bahwa:
1.      Untuk menentukan umur ternak dapat di lakukan dengan cara:
·         Melihat jumlah gigi yang lebar pada ternak tersebut
·         Melihat cincin pada tanduk
2.      Menentukan bobot badan ternak sapi dapat di lakukan dengan menggunakan timbangan maupun dengan rumus berdasarkan pengukuran ukuran tubuh tertentu. Dari beberapa rumus diatas, ada beberapa rumus yang mendekati angka dengan mnggunakan timbangan. Antara lain : Rumus schrooel, Rumus winter, Rumus williamson dan payne dan Rumus jagra (1987)
Adapun hasil penimbangannya antara lain :
Ø  Rumus schrooel = 269,83 kg
Ø  Rumus winter = 125,31 kg
Ø  Rumus williamson dan payne = 202,81 kg
Ø  Rumus jagra (1987) = 198,98 Kg
Ø  Hasil penimbangan dengan timbangan = 176,3 kg

3.      Untuk status fa’ali pada ternak sapi dapat di bandingkan pagi dan sore antara lain:
Ø  Suhu tubuh lebih tinggi pada pagi hari
Ø  Respirasi lebih tinggi di sore hari
Ø  Denyut nadi lebih tinggi di sore hari
4.      Keadaan eksterior ternak sapi potong yang tidak bermasalah seperti mata bersinar,hidung tidak ingusan ,dan dapat di simpulkan bahwa sapi yang di amati dalam kondisi yang sehat dan tidak ada cacat tertentu.


SARAN
1.      Disarankan kepada Co. Ass agar agak sedikit lebih ketat dalam mengawasi praktikan.
2.      Diharapkan kepada Co. Ass agar tidak terlalu menyulitkan praktikan dalam respon akhir di lapangan
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, http://sapi-bali.com/ di Unduh pada tanggal 6 Desember 2011
Esmay, 1960. Kesehatan Sapi. Kanisus: Yogyakartas
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press
Hasanudi. 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. FP-USU : Medan
Housebandry. 2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis Ternak          Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: Koen Praseno).

Roche. 1975. Pengukuran Berat Badan Ternak berdasarkan Performance. Yogyakarta: Dinas       Peternakan    Provinsi DIY.

Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Sugeng, Y. B. 2000. Ternak Potong dan Kerja. Edisi I. CV. Swadaya : Jakarta
Susetyo. 1997. Performance Tubuh Ternak. Jakarta: Cv.Yasaguna
Timan.2003. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis.