Penampungan Semen
& Hasil IB
Teknologi Reproduksi Ternak
1.1 Latar Belakang
Usaha
yang bergerak dalam di bidang ternak sapi di Indonesia membutuhkan perhatian
khusus dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan populasi
setiap tahunnya. Dalam menanggulangi masalah itu dibutuhkan teknologi tepat
yang bisa diterapkan secara mudah dan efisien. Salah satu teknologi yang bisa
digunakan yaitu inseminasi buatan. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu
bentuk bioteknologi dalam bidang reproduksi yang memungkinkan manusia
untuk mengawinkan hewan betina tanpa perlu seekor pejantan utuh. Inseminasi
buatan sebagai teknologi merupakan suatu rangkaian proses yang terencana dan
terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik hewan di masa yang akan
datang (Kartasudjana, 2001).
Prinsip
dari pelaksanaan inseminasi buatan yaitu pencurahan semen ke dalam saluran
reproduksi hewan betina pada saat estrus dengan tujuan agar sel telur yang
diovulasikan hewan betina dapat dibuahi oleh sperma sehingga hewan betina
menjadi bunting dan melahirkan anak. Namun pada perkembangan lebih lanjut,
program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi
betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan,
penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan)
dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi
pada hewan betina. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang
mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial
breeding (perkawinan buatan) (Sugoro, 2009).
Faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan IB ialah mutu semen beku. Selain itu,
keberhasilan IB juga dipengaruhi oleh reproduksi ternak betina dan keterampilan
petugasnya, ketepatan dan pelaporan deteksi berahi, serta pemeliharaan ternak
betina. Oleh sebab itu untuk terjaminnya mutu semen beku sapi yang beredar,
perlu ditetapkan standar semen beku sapi. Mutu semen beku sapi yang memenuhi
standar harus didukung oleh penanganan yang baik dan benar agar mutu semen beku
sapi dapat dipertahankan hingga siap untuk diinseminasikan. Kualitas semen yang
digunakan untuk inseminasi buatan harus memenuhi persyaratan seperti volume,
warna, pH, konsistensi, motilitas, konsentrasi, dan morfologi sperma untuk
mempertahankan kualitas semen. Dengan demikian Praktek Kerja Lapang ini
diharapkan dapat memberikan wawasan baru terhadap mahasiswa tentang proses
inseminasi buatan.
PEMBAHASAN
A. Proses Penampungan
Semen
1.
Definisi Insiminasi Buatan
Inseminasi
Buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke dalam organ reproduksi
betina dengan menggunakan alat inseminasi . Prosesnya secara luas mencakup
penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi semen
ke dalam saluran reproduksi betina (Hafez, and M. E .Bellin, 2000) .
Selanjutnya dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami,
IB memiliki banyak keuntungan walaupun ada kelemahannya. Keuntungannya adalah
dapat mempercepat penyebaran dan peningkatan mutu genetik ternak . Melalui
penggunaan bioteknologi IB, efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas
jumlahnya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan semen secara optimal .
Pada
saat ini terdapat dua metode perkawinan yaitu : kawin alam dan kawin suntik
atau inseminasi buatan (IB). IB telah diterima dan diterapkan pada ternak sapi
terutama di Negara-negara maju. Demikian pula di Indonesia sudah menjadi
program nasional yang strategis dengan menggunakan semen yang telah dibekukan.
Namun demikian penerapan teknologi ini masih bermasalah yakni pengetahuan
tentang siklus reproduksi secara benar baik oleh peternak maupun petugas
inseminator.
Perkawinan
yang dilakukan dengan menggunakan teknologi IB, memungkinkan seekor pejantan
untuk mengawini lebih banyak betina daripada perkawinan alami yang dapat
dilakukannya. Selain itu, melalui teknologi IB potensi genetik seekor pejantan
unggul dapat tersebar luas, tidak hanya pada daerah tempat pejantan itu berada
tetapi juga pada daerah lainnya yang terpisah oleh jarak dan waktu .
Teknologi
Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknologi yang sudah lama dikenal, namun masih
relevan untuk digunakan sekarang ini. Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik
adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari
ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
Insemination.
Pelaksanaan
kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi
tepat, guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu
genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat
dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan para peternak.
2.
Penampungan Seman
Penampungan
semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya banyak dan
kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan.
Secara
umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal
dan ekternal. Faktor internal yaitu hormone, metabolism, keturunan, makanan,
umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor
eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para
penampung, cuaca, saranan penampungan termasuk teaster dll. Maka untuk
mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan memperhatikan
perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya.
Beberapa
cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penampungan semen diantaranya :
1.
Metode Pengurutan (Masase)
Metode
penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak besar metode pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau pincang/cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode
pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode penampungan yang paling baik
hasilnya.
2. Metode Vagina
Tiruan
Vagina
buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat
tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut.
Struktur dari alat ini adalah sebagai berikut :
a. Lapisan luar yang
terbuat dari bahan plastik atau karet. Lapisan dalam terbuat dari
bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan ini adalah tempat masuknya
penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis. Saluran tempat
masuknya air dan udara. Selongsong penampungan. Tabung digunakan
untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong Penampungan
semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang paling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua metode sebelumnya, semen yang diha-silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang didesain sedemikianrupa
sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika
pejantan tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi (terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya. Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan metode penampungan semen menggunakan vagina tiruan pada ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing). Sedangkan pada ternak unggas (ayam dan kalkun) pelaksanaannya akan lebih mudah menggunakan metode pengurutan.
3.
Metode Elektrojakulator
Apabila
penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan dikarenakan
ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan
dengan menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina
buatan adalah volume yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua kali
lapit lebih besar dari vagina buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya.
Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat dilakukan dengan membuang bagian
yang tidak mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar dulu setelah dirangsang,
kemudian rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan semen dengan
densitas yang baik. Penampungan
semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi tidak mampu melakukan perkawinan secara alam akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih banyak diterapkan pada ternak kecil seperti domba dan kambing karena pada ternak besar lebih mudah dilakukan melalui metode pengurutan ampula vas deferens
B. Evaluasi Keberhasilan
Keberhasilan
IB dapat ditentukan dengan mengamati siklus birahi sapi, jika 21 hari setelah
dilakukan IB dan sapi tidak mengalami birahi pertama, dan juga tidak mengalami
birahi siklus kedua, maka sapi dinyatakan bunting berumur 42 hari.
Keberhasilan
IB pada ternak ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku
(straw), keadaan sapi betina sebagai akseptor IB, ketepatan IB, dan
keterampilan tenaga pelaksana (inseminator). Faktor ini berhubungan satu dengan
yang lain dan bila salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga
akan rendah, dalam pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal
(Toelihere, 1997).
Permasalahan
utama dari semen beku adalah rendahnya kualitas semen setelah di thawing yang
ditandai dengan terjadinya kerusakan pada struktur, biokimia dan fungsional
spermatozoa yang menyebabkan terjadi penurunan daya hidup, Kerusakan membran
plasma, tudung akrosom, kegagalan transport dan fertilisasi. Permasalahan kedua
pada sapi betina (akseptor IB) dalam kaitannya dengan kinerja reproduksi.
Selanjutnya, Faktor terpenting dalam pelaksanaan inseminasi adalah ketepatan
waktu pemasukan semen pada puncak kesuburan ternak betina. Puncak kesuburan
ternak betina adalah pada waktu menjelang ovulasi.
Apabila
semua faktor di atas diperhatikan, diharapkan bahwa hasil IB akan lebih tinggi
atau hasilnya lebih baik dibandingkan dengan perkawinan alam. Hal ini berarti
dengan tingginya hasil IB diharapkan efisiensi produktivitas akan tinggi pula,
yang ditandai dengan meningkatnya populasi ternak dan disertai dengan
terjadinya perbaikan kualitas genetik ternak, apabila semen yang dipakai
berasal dari pejantan unggul yang terseleksi. Dengan demikian peranan
bioteknologi IB terhadap pembinaan produksi peternakan akan tercapai.
Cara
Mengetahui (Evaluasi) Sapi Betina Bunting Setelah Dilakukan IB atau Perkawinan
Secara garis besar ada dua indikasi dalam menentukan kebuntingan pada hewan
betina yaitu :
1) Indikasi kebuntingan secara
eksternal meliputi: lewat catatan/ recording, adanya anestrus, pembesaran
abdomen sebelah kanan secara progresif, berat badan yang meningkat, adanya
gerakan fetus, gerakan sapi melambat, bulunya mengkilat, sapi menjadi lebih
tenang temperamennya, dan kelenjar air susu membesar secara progresif.
2) Indikasi kebuntingan secara
internal (Pemeriksaan per rektum) Indikasi kebuntingan secara eksternal jangan
dijadikan patokan baku kebuntingan, karena beberapa hewan dapat memperlihatkan
anomali walaupun memperlihatkan tanda tersebut. Diagnosa pasti kebuntingan
hanya dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan per rektum.
Dapat
dilakukan secara per rektum. Cara ini lebih mudah, praktis, murah dan cepat.
Dapat dilakukan setelah 50-60 hari perkawinan. Dengan cara ini dapat ditentukan
adanya :
1.
perubahan pada kornu uteri
2.
adanya kantong amnion
3.
adanya pergelinciran selaput janin
4.
adanya fetus
5.
adanya plasentom dan fremitus
Jika
kita ada di pasar hewan dan disuruh memilikan sapi yang bunting cara yang dapat
kita lakukan adalah dengan melihat kondisi fisik dari sapi, lalu melakukan
tanya jawab dengan pedagang yang sapinya menunjukan gejala bunting tentang
catatan siklusnya/perkawinannya, dan untuk pastinya dengan pemeriksaan per
rektum jika diijinkan oleh pedagangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Effriansyah. Y. 2012. Fisiologi dan Reproduksi Ternak. Sumatra Selatan. Blog. http://anpet10.blogspot.com/2012/06/makalah-fisiologi-dan-reproduksi- ternak.html
Erveyn. 2012. Analisa Semen Segar. Malang. Blog. http://uinkuuuu.blogspot.com/2012/06/analisa-semen-segar.html